Ada tiga pilihan jalur
pendakian Gunung Ciremai, yakni melalui jalur Linggarjati Desa Linggajati
Kecamatan Cilimus, jalur Palutungan Desa Cisantana Kecamatan Cigugur dan jalur
pendakian Apuy Kabupaten Majalengka.
Jika ingin lebih mudah, jalur Palutungan Desa Cisantana Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, bisa menjadi pilihan. Pasalnya, jalur ini dikenal merupakan jalur pendakian track paling mudah, dengan jarak tempuh kurang lebih 10 kilometer untuk sampai ke puncak Gunung tertinggi di Jawa Barat itu.
Di sepanjang jalur terdapat sembilan pos istirahat antara lain Pos Palutungan, Cigowong, Kuta, Pangguyangan Badak, Arban, Tanjakan Asoy, Pasanggrahan, Guha Walet yang selanjutnya sampai puncak Gunung Ciremai.
Tapi jika ingin lebih menantang memang jalur pendakian Linggarjati cocok bagi anda pendaki handal. Memang jalur yang satu ini paling menantang dibandingkan jalur-jalur pendakian dua jalur pendakian lainnya, dan banyak diminati para pendaki karena merupakan track tersulit diantara jalur lainnya..
Jalur ini kurang lebih sepanjang 8,6 kilometer untuk sampai ke puncak dan terdapat sembilan pos pendakian dengan suguhan pemandangan hutan hujan yang alami. Untuk menuju jalur ini pendaki dapat melalui pintu masuk Linggarjati dan hanya jarak kurang lebih satu kilometer dari Gedung Naskah Perundingan Linggarjati.
Berbeda dengan jalur pendakian Apuy, yang dapat ditempuh dengan menggunakan dua alternatif jalan lainnya yaitu 12,5 kilometer dari Desa Babakan Kaler dan 15 kilometer dari Desa Cibuluh Kabupaten Majalengka.
Jalur pendakian ini dengan jarak kurang lebih delapan kilometer menuju puncak Gunung Ciremai, dan ada .lima pos istirahat dan dikenal track pendakian termudah sama halnya dengan jalur Palutungan
Rute pendakian jalur Linggarjati
Desa Linggarjati merupakan gerbang utama pendakian ke Gunung Ciremai. Untuk mencapainya, dari terminal Cirebon atau dari Jakarta, kita naik bus jurusan Kuningan dan turun di terminal Cilimus atau turun di pertigaan menuju pusat Desa Linggarjati, dan meneruskan perjalanan ke Desa Linggarjati dengn minibus.
Di Desa Linggarjati ini terdapat penginapan yang bertarif relative mahal (Rp 45.000 – Rp 150.000) Hotel Linggarjati (telp. 0232-63185), Pesanggrahan di kawasan Taman Wisata Linggarjati Indah (telp. 0232-6318 8) dan Siliwangi Park Resort (telp. 0232-63006). Walau begitu kita bisa bermalam di Balai Desa atau di rumah-rumah penduduk dengan biaya sukarela.
Fasilitas telepon kartu dapat kita jumpai di Taman Wisata Linggarjati Indah, dan Wartel hanya tersedia di Cilimus, dimana kita bisa mengirim dan menerima faksimili (telp/faks 0232-63112).
Desa Linggarjati merupkan desa yang bersejarah dimana kita bisa mengunjungi Gedung Linggarjati, yang dijadikan museum untuk mengenang perjanjian Linggarjati yang dilaksanakan tahun 1946. Setelah pendakian kita bisa menikmati pemandian air panas yang terletak di Desa Sangkan Hurip, 4 km ke arah timur Linggarjati, yang mengandung yodium, berbeda dengan kebanyakan pemandian air panas alami yang mengandung belerang.
Jalur pendakian Linggarjati ini sangat jelas, karenanya menjadi pilihan utama para pendaki. Dibandingkan dengan jalur Palutungan, jalur Linggarjati ini lebih curam dan sulit, dengan kemiringan sampai 70 derajat. Di jalur ini, air hanya terdapat di Cibunar.
Dari Desa Linggarjati berjalan lurus, kurang lebih ½ jam, mengikuti jalan desa menuju hutan pinus, kita akan sampai di Cibunar (750 mdpl). Disini kita menjumpai jalan bercabang, ke arah kiri menuju sumber mata air dan lurus menuju arah puncak. Kalau tidak bermalam di Desa Linggarjati, kita bisa berkemah di Cibunar. Persediaan air sebaiknya disiapkan disini, karena setelah ini tidak ada mata air lagi.
Dari Cibunar, kita akan mulai mendaki melewati ladang dan hutan pinus, dan kita akan melewati Leuweung Datar (1.285 mdpl), Condong Amis (1.350 mdpl), dan Blok Kuburan Kuda (1.580 mdpl), disini kita dapat mendirikan tenda. Dari Cibunar ke Blok Kuburan Kuda diperlukan waktu kira-kira 3 jam.
Jalur akan semakin curam dan kita akan melewati Pengalap (1.790 mdpl) dan Tanjakan Binbin (1.920 mdpl) dimana kita bisa temui pohon-pohon palem merah. Selanjutnya kit akan melewati Tanjakan Seruni (2.080 mdpl) dan Bapa Tere (2.200 mdpl), kemudian kita sampai di Batu Lingga (2.400 mdpl), dimana terdapat sebuah batu cukup besar di tengah jalur. Menurut cerita rakyat, dasar kawah gunung Ciremai sama tingginya dengan Batu Lingga ini. Perjalanan dari Kuburan Kuda sampai Batu Lingga memakan waktu antara 4-5 jam. Di beberapa pos, kita dapat menjumpai nama tempat tersebut, walaupun kadang kurang jelas karena dirusak.
Dari Batu Lingga kita akan melewti Sangga Buana Bawah (2.545 mdpl) dan Sangga Buana Atas (2.665 mdpl), mulai di jalur ini kita bisa memandang ke arah pantai Cirebon. Burung-burung juga akan mudah dijumpai di daerah ini, dan selanjutnya kita akan sampai di Pengasinan (2.860 mdpl), yang membutuhkan waktu 1,5 jam dari Batu Lingga. Disekitar Pengasinan banyak dijumpai Edelweis Jawa (Bunga Salju) yang langka itu, namun dari waktu ke waktu semakin berkurang jumlahnya akibat sering dipetik. Dari Pengasinan menuju puncak Sunan Telaga/Sunan Cirebon (3.078 mdpl) maih dibutuhkan waktu sekitar ½ jam lagi dengan melewati jalur yang berbatu-batu.
Dari puncak, akan kita saksikan pemandangan kawah-kawah Gunung Ciremai yang menawan. Bila cuaca cerah kita juga dapat menikmati panorama yang menarik ke arah kota Cirebon, Majalengka, Bandung, Laut Jawa, Gunung Slamet, dan gunung-gunung di Jawa Barat. Pemandangan lebih menarik akan kita jumpai pada waktu matahari terbit dari arah laut Jawa. Suhu di puncak bisa mencapai 8-13 C. Dari puncak ke arah kanan kita bisa menuju ke kawah belerang yang ditempuh dalam ½ jam perjalanan. Untuk mengitari puncak dan kawah-kawahnya diperlukan waktu 2,5 jam.
Dari puncak ke arah kiri 15-20 menit perjalanan, kita akan jumpai 3 buah cerukan yang dapat kita gunakan untuk bermalam dan membuka tenda, tempatnya cukup nyaman karena posisinya lebih rendah dari puncak dinding kawah.
Perjalanan mendaki puncak Gunung Ciremai rata-rata membutuhkan waktu 8-11 jam dan 5-6 jam untuk turun. Dengan demikian kita harus mendirikan tenda di perjalanan, karena itu perlengkapan tidur dan perlengkapan masak adalah suatu keharusan.
Pendakian pada musim kemarau culup menyenangkan karena cuaca lebih bersahabat, dan kondisi medan tidak terlalu licin serta pemandangan lebih cerah.
Rute Pendakian Jalur Palutungan
Base camp-cigowong
Jalur antara basecamp menuju cigowong relatif masih mudah. Jalanan masih landai, track bervariasi, kadang lebar kadang menyempit, namun jelas. Yang perlu diperhatikan adalah banyaknya persimpangan spanjang jalur ini. Namun tidak perlu khawatir, banyak penunjuk berupa plang-plang yang menempel di pohon-pohon. Perjalanan menuju cigowong memakan waktu rata-rata 2 jam, dengan kecepatan normal. Jalur dibuka dengan melewati ladang-ladang penduduk, begitu memasuki pintu rimba, pendaki akan melewati semak-semak yang cukup rimbun. Kondisi hutan sepanjang jalur didominasi hutan homogen pinus dan pohon-pohon besar, suasana cukup teduh. Jalur relatif bersih kecuali di beberapa shelter sebelum cigowong, sampah sisa pendaki cukup banyak.
Cigowong adalah sebuah shelter yang luas, bisa memuat puluhan tenda. Kondisi shelter ini cukup nyaman, banyak pohon besar yang rimbun dan terdapat sumber air berupa sungai kecil, yang terus mengalir walau kemarau tiba. Ketinggian tempat ini 1450mdpl. Dianjurkan untuk mengambil air di sini, karena cigowong adalah sumber air terakhir, sepanjang jalur menuju puncak tidak ada lagi sumber air, mungkin hanya mata air-mata air temporari seperti di Gua Walet.
Cigowong-Kuta
Tim membutuhkan waktu kurang dari setengah jam untuk melahap jalur ini. Jalur didominasi oleh hutan heterogen yang cukup rimbun, banyak pohon-pohon besar, kondisi jalur cukup jelas dan basah. Tidak banyak persimpangan. Pejalanan cukup melelahkan, disebabkan oleh trek yang mulai menanjak. Kondisi lingkungan cukup bersih.
Kuta berada pada ketinggian 1575mdpl, namun gps yang tim bawa menunjukkan angka 1700mdpl. Shelter ini cukup luas, bisa memuat dua tenda pendaki ukuran 4-5 orang.
Kuta-Pangguyan Badak
Memakan waktu sekitar 45 menit. Jalur bervariasi, kadang landai, kadang menanjak habis-habisan. Kanak-kiri jalur berupa jurang yang cukup curam. Kondisi jalur cukup bersih, namun seperti biasa, di shelter-shelter sebelum Pangguyan Badak sampah lumyan banyak. Jalur lebar, ada persimpangan, namun ada keterangan jelas mengenai jalur yang benar. Biasanya terdapat plang penunjuk arah atau jalur yang salah ditutup kayu.
Pangguyan Badak adalah shelter yang cukup luas, cukup untuk mendirikan 8 hingga 10 tenda. Tempatnya cukup terbuka, perlu waspada terhadap pacet. Ketinggian pada pada plang adalah 1800mdpl, pada gps 1856mdpl.
Pangguyan Badak-Arban
Jarak Pangguyan Badak menuju Arban cukup jauh, memakan waktu 1 jam lebih. Cukup menguras tenaga, jalur mulai menanjak konstan. Pendaki perlu berhati-hati, banyak pohon tumbang dan akar-akar pohon yang muncul liar. Bila diperhatikan secara seksama, akan terdengar suara sungai yang bersal dari lembah di kanan jalur. Jalur cukup jelas namun basah, ciri khas gunung-gunung di Jawa Barat.
Arban berada di ketinggian kurang lebih 2000mdpl. Menurut kabar burung, tempat yang berkapasitas 3-5 tenda ini, cukup angker. Dilarang berbicara sembarangan di sini.
Arban-Tanjakan Assoy
Seperti namanya, jalur ini benar-benar assoy, tanjakannya menggila, liar, buas, tak berujung. Kondisi jalur cukup jelas, bervariasi terkadang cukup lebar, kadang menyempit. Dihiasi oleh hutan yang merimbun dan heterogen. Jalur pendakian relatif bersih dari sampah.
Tanjakan assoy adalah tempat yang cukup luas, cocok digunakan untuk bemalam. Tempatnya luas, cukup untuk mendirikan 4-6 tenda sekaligus. Ketinggian 2108mdpl.
Tanjakan Assoy-Pasanggrahan
Memakan waktu hampir 1 jam. Perjalanan sangat sangat menguras tenaga sekali. Jalur terus menanjak tampa ampun, meski cukup jelas dan minim persimpangan. Pendaki perlu berhati-hati, jalur cukup basah dan akan menjadi sangat licin bila hujan datang.
Pasanggrahan bisa memuat sekitar 4-5 tanda. Dulu terdapat plang atau papan nama yang menunjukkan tempat tersebut adalah pasanggrahan, tapi sekarang telah tumbang. Tanda medan yang tersisa adalah pohon tumbang di tengah shelter.
Pasanggrahan-Goa Walet
Jalur tanpa toleransi, tidak ada pilihan lain selain jalan menanjak. Didominasi oleh batuan-batuan besar dan sisa-sisa lava yang membeku. Perlu kehati-hatian. Vegetasi mulai berubah, tumbuhan mulai jarang. Terdapat persimpangan di ujung jalur, nila turun ke kanan menuju gua walet, bila jalan terus ke atas, akan sampai di puncak.
Di Goa Walet terdapat mata air yang bersifat angin-anginan, bila musim hujan tiba, air cukup melimpah, namun jadi kering saat kemarau. Merupakan tempat yang ideal untuk ngecamp. Terdapat bentukan gua yang cukup dalam. Di depan gua ada area yang cukup luas, bisa memuat lebih dari 8 tenda. perjalanan memakan waktu kurang dari 1 jam. Bila berjalan sedikit lagi ke atas pendaki akan bertemu satu pertigaan lagi. Merupakan pertemuan antara jalur maja ( majalengka ) dan Palutungan. Bila ingin ke Majalengka, ambil jalan turun di sebelah kiri jalur.
Goa Walet-Puncak
Jalur menuju puncak didominasi oleh batu-batuan terjal dengan tanjakan yang curam. Vegetasi, pepohonan, mulai langka. Batas vegetasi menjadi jelas. Dari Goa Walet menuju puncak Ciremai dapat ditempuh dalam waktu setengah jam.
Puncak gunung Ciremai menawarkan pemandangan yang memukau mata. Kaldera yang luas dengan kawah biru di tengahnya. Bentukan kawah terdiri dari batuan vulkanis dan sisa-sisa lava yang membeku hasil letusan masa lalu. Dari puncak Ciremai, bila tidak ada kabut, kita dapat menyaksikan kemegahan gunung Slamet, Sindoro, dan Sumbing di ufuk timur serta garis pantai Cirebon yang melengkung cantik.
Terdapat beberapa ruang yang cukup lapang, bisa digunakan untuk membuka tenda. Namun tidak dianjurkan untuk bermalam di puncak. Angin cukup kencang dan suhu yang teramat dingin dapat mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Di puncak Ciremai terdapat banyak sekali ”in Memoriam ”, untuk mengenang dan menghormati para pendaki yang meninggal di sana. Ketinggian 3078mdpl.
Jika ingin lebih mudah, jalur Palutungan Desa Cisantana Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, bisa menjadi pilihan. Pasalnya, jalur ini dikenal merupakan jalur pendakian track paling mudah, dengan jarak tempuh kurang lebih 10 kilometer untuk sampai ke puncak Gunung tertinggi di Jawa Barat itu.
Di sepanjang jalur terdapat sembilan pos istirahat antara lain Pos Palutungan, Cigowong, Kuta, Pangguyangan Badak, Arban, Tanjakan Asoy, Pasanggrahan, Guha Walet yang selanjutnya sampai puncak Gunung Ciremai.
Tapi jika ingin lebih menantang memang jalur pendakian Linggarjati cocok bagi anda pendaki handal. Memang jalur yang satu ini paling menantang dibandingkan jalur-jalur pendakian dua jalur pendakian lainnya, dan banyak diminati para pendaki karena merupakan track tersulit diantara jalur lainnya..
Jalur ini kurang lebih sepanjang 8,6 kilometer untuk sampai ke puncak dan terdapat sembilan pos pendakian dengan suguhan pemandangan hutan hujan yang alami. Untuk menuju jalur ini pendaki dapat melalui pintu masuk Linggarjati dan hanya jarak kurang lebih satu kilometer dari Gedung Naskah Perundingan Linggarjati.
Berbeda dengan jalur pendakian Apuy, yang dapat ditempuh dengan menggunakan dua alternatif jalan lainnya yaitu 12,5 kilometer dari Desa Babakan Kaler dan 15 kilometer dari Desa Cibuluh Kabupaten Majalengka.
Jalur pendakian ini dengan jarak kurang lebih delapan kilometer menuju puncak Gunung Ciremai, dan ada .lima pos istirahat dan dikenal track pendakian termudah sama halnya dengan jalur Palutungan
Rute pendakian jalur Linggarjati
Desa Linggarjati merupakan gerbang utama pendakian ke Gunung Ciremai. Untuk mencapainya, dari terminal Cirebon atau dari Jakarta, kita naik bus jurusan Kuningan dan turun di terminal Cilimus atau turun di pertigaan menuju pusat Desa Linggarjati, dan meneruskan perjalanan ke Desa Linggarjati dengn minibus.
Di Desa Linggarjati ini terdapat penginapan yang bertarif relative mahal (Rp 45.000 – Rp 150.000) Hotel Linggarjati (telp. 0232-63185), Pesanggrahan di kawasan Taman Wisata Linggarjati Indah (telp. 0232-6318 8) dan Siliwangi Park Resort (telp. 0232-63006). Walau begitu kita bisa bermalam di Balai Desa atau di rumah-rumah penduduk dengan biaya sukarela.
Fasilitas telepon kartu dapat kita jumpai di Taman Wisata Linggarjati Indah, dan Wartel hanya tersedia di Cilimus, dimana kita bisa mengirim dan menerima faksimili (telp/faks 0232-63112).
Desa Linggarjati merupkan desa yang bersejarah dimana kita bisa mengunjungi Gedung Linggarjati, yang dijadikan museum untuk mengenang perjanjian Linggarjati yang dilaksanakan tahun 1946. Setelah pendakian kita bisa menikmati pemandian air panas yang terletak di Desa Sangkan Hurip, 4 km ke arah timur Linggarjati, yang mengandung yodium, berbeda dengan kebanyakan pemandian air panas alami yang mengandung belerang.
Jalur pendakian Linggarjati ini sangat jelas, karenanya menjadi pilihan utama para pendaki. Dibandingkan dengan jalur Palutungan, jalur Linggarjati ini lebih curam dan sulit, dengan kemiringan sampai 70 derajat. Di jalur ini, air hanya terdapat di Cibunar.
Dari Desa Linggarjati berjalan lurus, kurang lebih ½ jam, mengikuti jalan desa menuju hutan pinus, kita akan sampai di Cibunar (750 mdpl). Disini kita menjumpai jalan bercabang, ke arah kiri menuju sumber mata air dan lurus menuju arah puncak. Kalau tidak bermalam di Desa Linggarjati, kita bisa berkemah di Cibunar. Persediaan air sebaiknya disiapkan disini, karena setelah ini tidak ada mata air lagi.
Dari Cibunar, kita akan mulai mendaki melewati ladang dan hutan pinus, dan kita akan melewati Leuweung Datar (1.285 mdpl), Condong Amis (1.350 mdpl), dan Blok Kuburan Kuda (1.580 mdpl), disini kita dapat mendirikan tenda. Dari Cibunar ke Blok Kuburan Kuda diperlukan waktu kira-kira 3 jam.
Jalur akan semakin curam dan kita akan melewati Pengalap (1.790 mdpl) dan Tanjakan Binbin (1.920 mdpl) dimana kita bisa temui pohon-pohon palem merah. Selanjutnya kit akan melewati Tanjakan Seruni (2.080 mdpl) dan Bapa Tere (2.200 mdpl), kemudian kita sampai di Batu Lingga (2.400 mdpl), dimana terdapat sebuah batu cukup besar di tengah jalur. Menurut cerita rakyat, dasar kawah gunung Ciremai sama tingginya dengan Batu Lingga ini. Perjalanan dari Kuburan Kuda sampai Batu Lingga memakan waktu antara 4-5 jam. Di beberapa pos, kita dapat menjumpai nama tempat tersebut, walaupun kadang kurang jelas karena dirusak.
Dari Batu Lingga kita akan melewti Sangga Buana Bawah (2.545 mdpl) dan Sangga Buana Atas (2.665 mdpl), mulai di jalur ini kita bisa memandang ke arah pantai Cirebon. Burung-burung juga akan mudah dijumpai di daerah ini, dan selanjutnya kita akan sampai di Pengasinan (2.860 mdpl), yang membutuhkan waktu 1,5 jam dari Batu Lingga. Disekitar Pengasinan banyak dijumpai Edelweis Jawa (Bunga Salju) yang langka itu, namun dari waktu ke waktu semakin berkurang jumlahnya akibat sering dipetik. Dari Pengasinan menuju puncak Sunan Telaga/Sunan Cirebon (3.078 mdpl) maih dibutuhkan waktu sekitar ½ jam lagi dengan melewati jalur yang berbatu-batu.
Dari puncak, akan kita saksikan pemandangan kawah-kawah Gunung Ciremai yang menawan. Bila cuaca cerah kita juga dapat menikmati panorama yang menarik ke arah kota Cirebon, Majalengka, Bandung, Laut Jawa, Gunung Slamet, dan gunung-gunung di Jawa Barat. Pemandangan lebih menarik akan kita jumpai pada waktu matahari terbit dari arah laut Jawa. Suhu di puncak bisa mencapai 8-13 C. Dari puncak ke arah kanan kita bisa menuju ke kawah belerang yang ditempuh dalam ½ jam perjalanan. Untuk mengitari puncak dan kawah-kawahnya diperlukan waktu 2,5 jam.
Dari puncak ke arah kiri 15-20 menit perjalanan, kita akan jumpai 3 buah cerukan yang dapat kita gunakan untuk bermalam dan membuka tenda, tempatnya cukup nyaman karena posisinya lebih rendah dari puncak dinding kawah.
Perjalanan mendaki puncak Gunung Ciremai rata-rata membutuhkan waktu 8-11 jam dan 5-6 jam untuk turun. Dengan demikian kita harus mendirikan tenda di perjalanan, karena itu perlengkapan tidur dan perlengkapan masak adalah suatu keharusan.
Pendakian pada musim kemarau culup menyenangkan karena cuaca lebih bersahabat, dan kondisi medan tidak terlalu licin serta pemandangan lebih cerah.
Rute Pendakian Jalur Palutungan
Base camp-cigowong
Jalur antara basecamp menuju cigowong relatif masih mudah. Jalanan masih landai, track bervariasi, kadang lebar kadang menyempit, namun jelas. Yang perlu diperhatikan adalah banyaknya persimpangan spanjang jalur ini. Namun tidak perlu khawatir, banyak penunjuk berupa plang-plang yang menempel di pohon-pohon. Perjalanan menuju cigowong memakan waktu rata-rata 2 jam, dengan kecepatan normal. Jalur dibuka dengan melewati ladang-ladang penduduk, begitu memasuki pintu rimba, pendaki akan melewati semak-semak yang cukup rimbun. Kondisi hutan sepanjang jalur didominasi hutan homogen pinus dan pohon-pohon besar, suasana cukup teduh. Jalur relatif bersih kecuali di beberapa shelter sebelum cigowong, sampah sisa pendaki cukup banyak.
Cigowong adalah sebuah shelter yang luas, bisa memuat puluhan tenda. Kondisi shelter ini cukup nyaman, banyak pohon besar yang rimbun dan terdapat sumber air berupa sungai kecil, yang terus mengalir walau kemarau tiba. Ketinggian tempat ini 1450mdpl. Dianjurkan untuk mengambil air di sini, karena cigowong adalah sumber air terakhir, sepanjang jalur menuju puncak tidak ada lagi sumber air, mungkin hanya mata air-mata air temporari seperti di Gua Walet.
Cigowong-Kuta
Tim membutuhkan waktu kurang dari setengah jam untuk melahap jalur ini. Jalur didominasi oleh hutan heterogen yang cukup rimbun, banyak pohon-pohon besar, kondisi jalur cukup jelas dan basah. Tidak banyak persimpangan. Pejalanan cukup melelahkan, disebabkan oleh trek yang mulai menanjak. Kondisi lingkungan cukup bersih.
Kuta berada pada ketinggian 1575mdpl, namun gps yang tim bawa menunjukkan angka 1700mdpl. Shelter ini cukup luas, bisa memuat dua tenda pendaki ukuran 4-5 orang.
Kuta-Pangguyan Badak
Memakan waktu sekitar 45 menit. Jalur bervariasi, kadang landai, kadang menanjak habis-habisan. Kanak-kiri jalur berupa jurang yang cukup curam. Kondisi jalur cukup bersih, namun seperti biasa, di shelter-shelter sebelum Pangguyan Badak sampah lumyan banyak. Jalur lebar, ada persimpangan, namun ada keterangan jelas mengenai jalur yang benar. Biasanya terdapat plang penunjuk arah atau jalur yang salah ditutup kayu.
Pangguyan Badak adalah shelter yang cukup luas, cukup untuk mendirikan 8 hingga 10 tenda. Tempatnya cukup terbuka, perlu waspada terhadap pacet. Ketinggian pada pada plang adalah 1800mdpl, pada gps 1856mdpl.
Pangguyan Badak-Arban
Jarak Pangguyan Badak menuju Arban cukup jauh, memakan waktu 1 jam lebih. Cukup menguras tenaga, jalur mulai menanjak konstan. Pendaki perlu berhati-hati, banyak pohon tumbang dan akar-akar pohon yang muncul liar. Bila diperhatikan secara seksama, akan terdengar suara sungai yang bersal dari lembah di kanan jalur. Jalur cukup jelas namun basah, ciri khas gunung-gunung di Jawa Barat.
Arban berada di ketinggian kurang lebih 2000mdpl. Menurut kabar burung, tempat yang berkapasitas 3-5 tenda ini, cukup angker. Dilarang berbicara sembarangan di sini.
Arban-Tanjakan Assoy
Seperti namanya, jalur ini benar-benar assoy, tanjakannya menggila, liar, buas, tak berujung. Kondisi jalur cukup jelas, bervariasi terkadang cukup lebar, kadang menyempit. Dihiasi oleh hutan yang merimbun dan heterogen. Jalur pendakian relatif bersih dari sampah.
Tanjakan assoy adalah tempat yang cukup luas, cocok digunakan untuk bemalam. Tempatnya luas, cukup untuk mendirikan 4-6 tenda sekaligus. Ketinggian 2108mdpl.
Tanjakan Assoy-Pasanggrahan
Memakan waktu hampir 1 jam. Perjalanan sangat sangat menguras tenaga sekali. Jalur terus menanjak tampa ampun, meski cukup jelas dan minim persimpangan. Pendaki perlu berhati-hati, jalur cukup basah dan akan menjadi sangat licin bila hujan datang.
Pasanggrahan bisa memuat sekitar 4-5 tanda. Dulu terdapat plang atau papan nama yang menunjukkan tempat tersebut adalah pasanggrahan, tapi sekarang telah tumbang. Tanda medan yang tersisa adalah pohon tumbang di tengah shelter.
Pasanggrahan-Goa Walet
Jalur tanpa toleransi, tidak ada pilihan lain selain jalan menanjak. Didominasi oleh batuan-batuan besar dan sisa-sisa lava yang membeku. Perlu kehati-hatian. Vegetasi mulai berubah, tumbuhan mulai jarang. Terdapat persimpangan di ujung jalur, nila turun ke kanan menuju gua walet, bila jalan terus ke atas, akan sampai di puncak.
Di Goa Walet terdapat mata air yang bersifat angin-anginan, bila musim hujan tiba, air cukup melimpah, namun jadi kering saat kemarau. Merupakan tempat yang ideal untuk ngecamp. Terdapat bentukan gua yang cukup dalam. Di depan gua ada area yang cukup luas, bisa memuat lebih dari 8 tenda. perjalanan memakan waktu kurang dari 1 jam. Bila berjalan sedikit lagi ke atas pendaki akan bertemu satu pertigaan lagi. Merupakan pertemuan antara jalur maja ( majalengka ) dan Palutungan. Bila ingin ke Majalengka, ambil jalan turun di sebelah kiri jalur.
Goa Walet-Puncak
Jalur menuju puncak didominasi oleh batu-batuan terjal dengan tanjakan yang curam. Vegetasi, pepohonan, mulai langka. Batas vegetasi menjadi jelas. Dari Goa Walet menuju puncak Ciremai dapat ditempuh dalam waktu setengah jam.
Puncak gunung Ciremai menawarkan pemandangan yang memukau mata. Kaldera yang luas dengan kawah biru di tengahnya. Bentukan kawah terdiri dari batuan vulkanis dan sisa-sisa lava yang membeku hasil letusan masa lalu. Dari puncak Ciremai, bila tidak ada kabut, kita dapat menyaksikan kemegahan gunung Slamet, Sindoro, dan Sumbing di ufuk timur serta garis pantai Cirebon yang melengkung cantik.
Terdapat beberapa ruang yang cukup lapang, bisa digunakan untuk membuka tenda. Namun tidak dianjurkan untuk bermalam di puncak. Angin cukup kencang dan suhu yang teramat dingin dapat mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Di puncak Ciremai terdapat banyak sekali ”in Memoriam ”, untuk mengenang dan menghormati para pendaki yang meninggal di sana. Ketinggian 3078mdpl.
Peta navigasi gunung ceremai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar